FOTO: MB
FOTO BERSAMA-Ketua DPC PWKI Mimika, Maryana Hamadi dan pengurus lainnya, foto bersama dengan Ketua Umum PWKI Pdt. Thresje Deety Liow Mambo, S.Th, Ketua DPD PWKI Papua, Dorince Mehue, usai pembukaan Rakerda, di Merauke, Hotel Halogen, Rabu (17/7).
MERAUKE – Rapat Kerja X, Dewan Pimpinan Daerah Persatuan (DPD)Wanita Kristen Indonesia (PWKI), Provinsi Papua, dibuka pada Rabu 17 Juli 2024, di Hotel Halogen, Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Raker dengan tema “Melayani Lebih Sungguh” dan sub tema “melayani sepenuh hati, mewujudkan panggilan Kristus bagi PWKI” dibuka oleh Pj Gubernur Papua Selatan, yang diwakili oleh Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Dispoparekraf) Provinsi Papua Selatan, Soleman Yambormias.
Pembukaan Rakerda ditandai dengan penabuhan tifa dan penyematan tanda peserta oleh Kadispoparekraf.
Raker X PWKI Papua, diikuti oleh 10 Dewan Pengurus Cabang (DPC) dari 10 kabupaten di Provinsi Papua, diantaranya, Kabupaten Mimika, Nabire, Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak (Ilaga), Boven Digoel, Merauke, Biak dan pengurus DPD PWKI Papua serta b.
Pembukaan Rakerda diawali dengan ibadah yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PWKI, Pdt. Thresje Deety Liow Mambo, S.Th.
Hadir dalam kesempatan tersebut, jajaran Forkompimda Kabupaten Merauke dan Provinsi Papua Selatan, sejumlah Kepala OPD, perwakilan seluruh organisasi perempuan, mulai dari Bhayangkari, WKRI, GOW dan organisasi lainnya.
Dalama khotba Pdt. Thresje Deety Liow Mambo, S.Th, menekankan tentang kasih, dalam pelayanan PWKI.
Menurutnya, pembelajaran kasih adalah pembelajaran yang universal bagi dunia, Indonesia, Papua, dan PWKI sendiri.
Bagaimana PWKI mampu melampaui batasan manusia untuk menolong orang yang butuh pertolongan.
Kasih tidak pernah berhitung apakah ada hubungan keluarga, persahabatan dan lain-lain.
Kasih berbicara tentang kesetaraan, keadilan, inti dari panggilan hidup, sebagai orang yang dipercayakan oleh Tuhan di tengah dunia.
“Kasih menembus semua perbedaan. Kami bangga katakan bahwa pendiri PWKI 78 tahun yang lalu, menanamkan kasih sebagai landasan, dalam melaksanakan pelayanan,” katanya.
Para pendiri PWKI menetapkan hukum kasih sebagai dasar berpikir, berkarya dan melayani, karena kasih salah satu kekuatan yang memperkokoh PWKI dan landasannya adalah alkitab.
Namun yang perlu dicatat, bahwa kasih tidak semata-mata sebuah kata, tetapi harus berdampak, dengan cara menjadi garam dan terang.
“Memiliki kasih tetapi kalau tidak ada tindakan adalah mati. Sinar dan tindakan itu hanya akan nyata ketika dipraktekkan,” pesannya.
Dalam sambutannya sesaat sebelum pembukaan, Ketua Umum PWKI juga menyampaikan, setiap perempuan Papua dipakai Tuhan luar biasa, sama seperti isi firman Tuhan melalui Lukas 10:25-37.
Katanya, tidak dapat dipungkiri, bahwa ada konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat, tentang kelas sosial, dimana orang Yahudi melihat orang Samaria itu berbeda, karena adanya tradisi orang Israel. Namun oleh kasih menembus batas itu.
Usai ibadah acara dilanjutkan dengan opening ceremony Rakerda, yang ditandai dengan penyambutan Ketua Umum PWKI, Ketua DPD Papua dan Ketua DPC dengan tarian adat Merauke, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan,
Mulai dari Ketum PWKI, Ketua DPD PWKI Papua, Dorince Mehue,SE, dan Kepala Dispoparekraf Papua Selatan.
Untuk diketahui rombongan Dewan Pengurus Cabang (DPC) PWKI Mimika, yang ikut serta dalam Rakerda tersebut terdiri dari 12 orang pengurus dan anggota yang dipimpin langsung oleh Ketua DPC PWKI Mimika, Maryana Hamadi.
Raker akan berlangsung hingga Kamis (18/7/2024).
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PWKI juga menegaskan terkait organisasi PWKI adalah murni organisasi kemasyarakatan dan bukan organisasi Gereja. Oleh karena itu ia berharap PWKI di setiap tingkatan mulai dari pusat hingga anak cabang mengakomodir wanita Kristen dari semua perwakilan gereja untuk masuk dalam pengurus, sedangkan anggotanya adalah seluruh wanita Kristen yang ada di seluruh Indonesia.
Tugas dari PWKI adalah membantu pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat melalui semua sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan bahkan ekonomi dan pembangunan terutama dalam peningkatan kapasitas perempuan sebagai penopang ekonomi keluarga dan menjadi saluran kasih bagi seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan.
“Dan yang paling penting adalah menjaga toleransi lintas agama,” tutupnya.(MB)